Berdirinya MTs. Mambaul Ulum Gedangan dilatarbelakangi oleh munculnya kesadaran para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemerintahan di desa Gedangan Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang akan pentingnya lembaga pendidikan yang berbasis agama dan mengajarkan ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama secara berimbang. MTs. Mambaul Ulum berdiri pada tahun 1987, yang sebelumnya berupa Madrasah Diniyah dengan beberapa orang santri, kemudian dirintis Madrasah Ibtidaiyah akan tetapi tidak berkembang karena lokasinya berdekatan dengan SDN Gedangan 01, SDN Gedangan 02 dan SDN Gedangan 03. Melihat kenyataan bahwa Madrasah Ibtidaiyah kurang mendapat respon dari orang tua / wali murid akhirnya dewan guru bersepakat untuk mendirikan Madrasah Tsanawiyah.
MTs. Mambaul Ulum pada awal berdiri di atas tanah seluas 400 M2 hasil swadaya masyarakat yang dipelopori oleh Bapak Sihabuddin (kepala KUA), K.H. Dhofir Hadori (Pengasuh Ponpes Hidayatullah), Bapak Rakijan (Kepala Desa), Bapak Suliadi (Sekdes), Bapak Semawi (Tokoh NU), Bapak Mochammad Salim (Pengasuh Musholla), Bapak Kyai Sardiman (Pewakaf Tanah), Bapak Sayudi (Tokoh Banser) dan tokoh – tokoh lain sebagai perintis.
Akhirnya para perintis, terutama dewan guru bermusyawarah untuk menemukan solusi atas permasalahan yang muncul yaitu kekurangpercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga agama ini. Padahal, mayoritas penduduk sekitar madrasah adalah suku Madura yang umumnya sangat fanatik terhadap pendidikan Islam seperti madrasah. Setelah melalui penelitian yang lama, akhirnya ditemukan faktor penyebab kekurangpercayaan masyarakat terhadap madrasah yaitu kurangnya kedisplinan guru, banyaknya guru yang mengajar kurang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, serta pengelolaan atau manajemen yang kurang.
Pada tahun pelajaran 2000/2001 sedikit demi sedikit kekurangan itu dibenahi dengan melakukan penataan di bidang manajemen dengan menempatkan para guru sesuai dengan latar belakang pendidikannya, misalnya guru – guru yang berasal dari pesantren diberi kepercayaan untuk mengajarkan materi – materi agama, sementara pelajaran umum diserahkan kepada guru yang berlatar belakang pendidikan umum sesuai dengan jurusannya.
Akhirnya pada tahun keempat setelah dilakukan penataan, tepatnya pada tahun pelajaran 2004/2005 kepercayaan masyarakat mulai tampak ditandai dengan jumlah pendaftar yang meningkat sebesar 40% dari tahun sebelumnya, dan mulai ada kelas paralel.
Dengan terus meningkatkan pelayanan, pemenuhan sarana dan prasarana belajar mengajar, akhirnya tahun demi tahun penadaftar ke MTs. Mambaul Ulum terus meningkat. Pada tahun 2004 lembaga berhasil menambah satu ruang kelas baru dan satu ruang laboratorium IPA. Kemudian pada tahun 2006 lembaga mendapat bantuan peralatan Laboratorium IPA senilai lima puluh juta rupiah dan dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2008 lembaga kembali mendapat bantuan peralatan laboratorium bahasa senilai seratus juta rupiah.
Pada tahun pelajaran 2008/2009 jumlah pendaftar mengalami peningkatan seratus persen. Dengan peningkatan jumlah pendaftar tersebut muncul masalah baru, yaitu penyediaan ruang kelas. Padahal, bagi lembaga pendidikan yang berada di daerah pedesaan, bantuan dari masyarakat sangat minim, apalagi dalam waktu yang bersamaan lembaga harus memperluas tanah sebagai sarana olahraga siswa senilai tujuh puluh juta rupiah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dewan guru beserta yayasan bermusyawarah dan akhirnya menemukan jalan penyelesaian yakni meminjam ruang kelas madrasah diniyah yang berada di desa Ringinsari, berjarak kurang lebih 500 m dari lokasi sekolah. Namun dengan pelayanan yang sama siswa yang dititipkan di madrasah diniyah juga dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik dan tertib.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2010 lembaga mendapat bantuan dana pengembangan madrasah dari Asian Development Bank (ADB) untuk pengadaan ruang kelas baru dan sarana prasarana belajar lainnya. Dengan bantuan tersebut, lembaga dapat menambah empat ruang kelas baru dan dua ruang kelas baru hasil swadaya, sehingga pada tahun tersebut, jumlah ruang kelas yang dibangun berjumlah enam ruang kelas. Di samping ruang kelas, lembaga juga mendapat bantuan laboratorium komputer, perpustakaan, dan peralatan IPA. Dengan selesainya pembangunan ruang kelas tersebut, maka siswa yang dititipkan di madrasah diniyah dapat ditempatkan di ruang kelas baru tersebut.
Penulis:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.